Kebangkrutan Forever 21 Menandakan Pergeseran Pola Konsumsi Fashion

Share on:

Share on facebook
Share on linkedin
Share on twitter
Share on telegram
IMG-20191017-WA0006

Table of Contents

[vc_row][vc_column][vc_column_text]

The Symbol of Fast Fashion

Forever 21 pertama kali didirikan pada awal 2000-an oleh dua imigran Korea Do Won dan Jin Sook Chang, konsep fashion mode pada waktu itu sangat berbeda dibandingkan dengan saat ini. Dulu model pakaian yang benar-benar eksklusif, pakaian yang biasanya orang kenakan sehari-hari dijual pusat retail perbelanjaan dan toko fisik. Forever 21 merupakan salah satu pelopor yang menjual berbagai macam produk fasjon dengan harga yang terjangkau. Mulai dari T-shirt dengan harga $ 10 hingga sepatu high heels $ 30, Forever 21 memungkinkan setiap orang berpartisipasi dalam trend fashion saat ini.

Dampak kemunculan internet mendorong adanya permintaan produk pakaian trendi namun harganya masih terjangkau, yang mulanya dikirim dari pusat perbelanjaan terdekat Forever 21 anda. Hal ini menjadi titik kesuksesan sehingga Forever 21 memperluas pangsa pasar yang mulanya 7 menjadi 47 toko outlet yang tersebar di beberapa negara dalam kurun waktu 6 tahun. Sementara itu pendapatannya juga meningkat menjadi $ 3,8 miliar pada tahun 2017. Namun, perubahan cepat terjadi dalam sektor binis ritel yang tidak dapat membuat merek tersebut bertahan .

Industri E-commerce yang semakin inovatif mengubah pola konsumsi konsumen, mereka lebih senang menghabiskan waktu di rumah dengan aktivitas berbelanja melalui situs web perbelanjaan seperti, Amazon, ShopUS, Lazada, Tokopedia, dan lain-lain. Kemudian, kini toko-toko fisik jumlah juga mulai berkurang misalnya seperti toko bangunan yang menjual batu bata.

Berdasarkan data dari Coresight Research, 8200 toko telah ditutup tahun ini di Amerika Serikat, sehingga adanya harapan masih ada 12.000 toko yang tetap beroperasi pada akhir tahun. Setelah berbulan-bulan Forever 21 merestrukturisasi menejemen namun hasilnya masih gagal, kemudian : mengajukan perlindungan kebangkrutan.

Toko Fisik Yang Terlalu Banyak

Kesalahan pertama Forever 21 adalah mengejar strategi bisnis yang berlawanan dan sudah terlebih dahulu diadopsi oleh pengecer lain. Ketika orang lain melakukan penghematan karena fenomena kiamatnya bisnis industri retail, Forever 21 malah sibuk membeli cabang outlet-outlet baru, menumpuk stok barang yang di ruang penyimpanan. Selain itu, ukuran toko mereka sangat besar. Situs web perusahaan menyatakan rata-rata luas toko outlet 38.000 kaki persegi per toko, bahkan lebih besar dari department store biasa.

Design interior ruangan outlet yang terkesan mahal memang dapat menjadi daya tarik belanja bagi konsumen, tetapi ketika angka laba penjualan dilaporkan turun mulai dari 20% hingga 25% dari tahun lalu, biaya hipotek yang turun dragtis di pundak perusahaan.

Dengan jumla toko lebih dari 700 outlet di seluruh dunia, kemajuan teknologi AI yang membuat kegian perbelanjaan konsumen yang praktis dan instan dianggap sebagai penghalang terbesar bagi kembalinya profitabilitas perusahaan. Beberapa pesaing utamanya seperti ASOS untuk Fashion Nova yang berbasis online, menyebabkan pengurangan banyak biaya yang sangat diperlukan dan memungkinkan mereka untuk menawarkan penawaran yang lebih baik.

Pergeseran Pola Konsumsi konsumen ke E-commerce

Forever 21 dikhususkan untuk kaum muda, sesuai dengan nama brandnya sendiri. Namun, era teknologi menggeser kebiasaan belanja kita ke arah yang lain, dan anak-anak muda generasi milenial yang paling merasakan dampak Internet. Anak-anak milenial yang ingin berbisnis tidak terfokus dengan biaya bisnis online. Selama forever 21 menjual produk fashion dan kecantikan di situs web e-commerce dapat berpotensi menjadi penjual terbaik dan tetap dapat mempertahankan profibilitas serta kehidupan siklus perusahaan. Dengan anggaran yang terbatas, Forever 21 dapat berubah menjadi perusahan perbelanjaan produk fasion online untuk menawarkan transaksi berbelanja yang lebih murah dan unik serta menjadi diri mereka sendiri (Identitas Brand/Brand Identity) .

Dengan kehadiran teknologi Ai berbasis online yang tentunya akan membuat kondisi Forever 21 lebih baik, penggunaan media sosial yang kian menjamur, membuat banyak orang memahami trend fashion yang kekinian, merek fashion lain telah mengalahkan Forever 21 dalam permainan ini.

Daripada anda pergi ke toko dan mencoba pakaian, banyak konsumen sekarang merasa nyaman dengan membeli barang secara online dan mereka akan mengembalikan barang tersebut jika mereka tidak menyukainya sesuai dengan yang ditampilkan dalam web.

 

Pakaian Dengan Bahan Yang Ramah Lingkungan dan Konsep Berkelanjutan Terus Meningkat

 

Tahukah Anda bahwa 20% air limbah dunia dan 10% emisi karbon global berasal dari industri fashion? Memproduksi pakaian yang murah dan dirancang oleh desainer dengan menggunakan tenaga kerja murah adalah inti dari fast fashion, yang merupakan strategi yang telah menghadapi serangan balasan sejak lama. Dunia sudah mulai peka terhadap masalah perubahan iklim dan beberapa kelompok masyarat yang peduli dengan isu lingkungan sudahn mengambil tindakan nyata untuk mengatasi masalah tersebut. Ini berarti menjadi awal mula fashion yang berkelanjutan. Saat ini sudah ada aktivitas pertukaran pakaian dan produksi pakaian dengan menggunakan barang bekas, atau hanya mengurangi bahan-bahan yang merusak lingkungan dalam proses produksi.

Semakin banyak masyarakat yang benar-benar peduli tentang apakah produk yang mereka konsumsi diproduksi secara etis atau tidak. Orang-orang menuntut untuk meperbaiki fashion tercermin dalam bisnis, dan jika Forever 21 tidak akan segera mengetahui hal itu, akan lebih banyak konsumen mereka akan meninggalkan lebih banyak merek yang menawarkan nilai lebih.

Sebagai kesimpulan, kesalahan Forever 21 terletak pada ekspansi yang terlalu cepat , mengabaikan fakta bahwa sudah ada perubahan pola konsumen saat berbelanja, dan isu bahan pakaian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan termasuk isu-isu lingkungan serta kelompok-kelompok penekan yang mempermasalahkan limbah fashion.

Boxme Global menyediakan solusi terbaik untuk cross border dan pengiriman (last mile delivery) dengan menghubungkan bisnis anda dengan lebih dari 50 plarfrom dan kurir di seluruh Asia Tenggara.

[/vc_column_text][vc_tweetmeme type=”follow” follow_user=”boxmeindonesia” show_followers_count=”true” large_button=”true”][vc_facebook][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_btn title=”Eksplor Solusi Kami” style=”flat” shape=”square” color=”warning” align=”center” link=”url:https%3A%2F%2Fboxme.asia%2Fid%2Fcontact%2F|title:Eksplor%20Solusi%20Kami||”][/vc_column][/vc_row]

Don't forget to share this post!

Share on:

Share on facebook
Facebook
Share on linkedin
LinkedIn
Share on twitter
Twitter
Share on telegram
Telegram

Share on:

Share on facebook
Share on linkedin
Share on twitter
Share on telegram

Subscribe to Our Blog

Stay up to date with the latest marketing, sales, and service tips and news on eCommerce in Southeast Asia market.

We’re committed to your privacy. Boxme uses the information you provide to us to contact you about our relevant content, products, and services. You may unsubscribe from these communications at any time. For more information, check out our privacy policy.

Expand your Business to Southeast Asia​