[vc_row][vc_column][vc_column_text]
Overview
Dengan jumlah populasi sebanyak 265 juta jiwa, 171 juta orang di Indonesia sudah memiliki akses internet (Figur 2018). Angka ini merepresentasikan bahwa 65% populasi dan 18% telah mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu, menjadi salah satu negara dengan peringkat teratas penetrasi internet di seluruh dunia. Sebagai dari pengguna internet ini, hanya 1/4 dari mereka yang menjalankan transaksi E-commerce, meninggalkan negara dengan ruang untuk berkembang di masa depan.
Sektor E-commerce di Indonesia estimasinya saat ini sudah memperoleh 8 juta dolar Amerika Serikat, dengan harapan yang cerah untuk berkempang 8 kali lipat ditahun 2022. Dengan adanya invasi dari dua perusahaan E-commerce raksasa dari Asia Tenggara: Lazada & Shopee yang menjadi awal mula kemunculan local E-commerce startup seperti Bukalapak dan Tokopedia, tidak sulit dalam memperkirakan perubahan yang terjadi disekitar sini.
PERGESERAN KE SALURAN FORMAL
Sebelum masyarakat di Indonesia familiar dengan platform E-commerce, mereka menggunakan jejaring media sosial untuk membeli dan menjual merchandise. Pada dasarnya, setiap platform yang dapat memposting suatu teks dan foto dapat menjadi channel penjualan, mulai dari facebook, twitter, line, whatsapp, dan instagram. Ketika seseorang berbelanja menggunakan channel ini dengan gratis dan nyaman, disatu sisi dari segi aspek reabilitas perlu dipertanyakan sama hal dengan keluhan tentang kualitas produk yang rendah dan juga adanya review customer yang bermunculan dari waktu ke waktu.
Pada tahun 2016, channel informal mengakusisi 36% dari total online market. 2 tahun kemudian angka ini menurun draktis sebesar 19%, ditandai dominasi channel formal di sektor industri E-commerce. Setelah banyak yang menyadari keterbatasan dan pengalaman yang kurang menyenangkan dari jejearing sosial, masyarakat Indonesia sudah mulai percaya dengan formal platform, yang dapat dibuktikan oleh gross merchandise volume (GMV) atau volume transaksi melalui perusahaan E-commerce yang sudah mencapai 13,5 milyar dolar Amerika Serikat dari 16,5 milyar dolar Amerika Serikat.
C2C versus B2C
Dengan alasan yang sama terkait pergesaran ke formal channel, masyarakat di Indonesia percaya untuk mulai membeli barang dengan item yang lebih banyak dari toko official dan brand. Sekarang, pasar didominasi oleh modal bisnis customer-to-customer (C2C) dengan total GMV 80%, sudah meninggalkan model bisnis bussiness-to-customers (B2C) yang hanya tersisa 2%. Namun prediksi itu juga memaparkan bahwa model bisnis B2C akan berkembang pesat seiring dengan kemunculan berbagai penawara promo yang menarik dari empat perusahaan platform E-commerce di Indonesia. Berfokus pada produk kecantikan, personal care, FMCG, groceries, dan barang-barang elektronik, model B2C diharapkan tumbuh 35% dengan pembagian dari pasar retail online.
Faktor Logistik
Survey dari Redseer mengindentifikasi bahwa alasan yang paling signifikan bagi pengguna internet ragu berbelanja online yakni pengiriman. Apalagi kondisi alam geografis wilayah Indonesia yang memiliki ribuan pulau, daerah terpencil, minim infratrukstur yang memadai, membuat orang merasa khawatir dengan tinggi biaya pengiriman, waktu penungguan produk yang lama, dan ketersediaan produk. Di satu sisi, konsumen E-commerce juga menghargai nilai kenyaman, bersamaan dengan harga rendah. Untuk mengatasi masalah ini, pemain E-commerce harus concern terhadap perkembangan sistem logistic via in house logistic atau parthnership dengan penyedia 3PL. Metode pembayaran Cash On Delivery (COD) dipiih oleh 1/4 pembeli online, tapi situs lokal Ecommerce seperti Tokopedia dan Bulapak belum menyediakan pilihan servis ini. Untuk mendapatkan pelanggan potensial dengan keterbatasan kemampuan, pembayaran cod harus dilakukan oleh perusahaan tersebut.
Kesimpulan
Para pakar memprediksi nilai GMV akan mencapai 58 milyar di tahun 2023, Yang menyatakan itu sendiri sebagai salah satu pasar e-commerce yang paling dinamis .Skenario ini didukung oleh evolusi model bisnis , jaringan logistik dan golongan campuran .Apakah anda siap untuk menjadi bagian dari hal ini usd 58 miliar kesempatan ?
Source: RedSeer Management Consulting Pvt. Ltd.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
BoxMe adalah perusahaan start up yang menyediakan layanan premier cross-border e-Commerce jaringan fulfillment di Asia Tenggara, yang dapat membantu merchant dari seluruh dunia untuk berjualan di suatu wlayah tanpa harus memerlukan perwakilan lokal (seperti toko fisik). Kami mampu memberikan layanan kami dengan menggabungkan dan mengoperasiikan satu nilai mata rantai dari profesi logistik termasuk pengiriman internasional, pengurusan bea cukai, pergudangan, koneksi ke pasar lokal, pick and pack, last mil delivery, local payment collection, dan pengiriman ke luar negeri.
Jika anda memiliki pertanyaan seputar Boxme Asia atau bagaimana kami dapat mendukung bisnis anda, mohon menghubungi kami langsung via hotline. Kami senang dapat melayani anda. [/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_btn title=”Ekspor Solusi Kami” shape=”square” color=”warning” align=”left” link=”url:https%3A%2F%2Fboxme.asia%2Fen%2Fcontact%2F%3FhsCtaTracking%3Da91597c5-359d-4f71-9a17-02b7501efadc%257C9beddc7b-01be-4d63-94e9-4878e4ad26ab|title:Eksplor%20Solusi%20Kami||”][/vc_column][/vc_row]