Asia Tenggara: Pengadopsi Tercepat Conversational Commerce

Share on:

Share on facebook
Share on linkedin
Share on twitter
Share on telegram
Conversational-Commerce-01-1024x536

Table of Contents

[vc_row][vc_column][vc_column_text]

Apa yang dimaksud dengan conversational commerce?

Istilah Conversational commerce pertama kali kali ada tahun 2015 oleh Chris Messina dari Uber, yang artinya menggunakan perangkat teknologi online seperti aplikasi chatting atau aplikasi pengiriman pesan untuk menjual produk barang dan jasa. Mengkombinasikan kenyamanan belanja online dengan pendapat pribadi, terlibat dalam percapakan yang diarahkan oleh konsumen di seluruh dunia, dengan kawasan Asia Tenggara yang menjadi pemimpin.

Asia Tenggara Sebagai Pengadopsi Tercepat

Negara-negara yang terlampai seperi Amerika Serikat, Meksiko, India dan Brazil dalam segi kesadaran dan adopsi, konsumen di Asia Tenggara memiliki preferensi yang kuat terhadap conversational commerce, ada riset dari Facebook dan Boston Consulting Group, kedua lembaga tersebut melakukan survey dengan sekitar 9000 pembelanja online, lebih dari 500 pembelanja online berasal dari kawasan Asia Tenggara. Diantara responden konsumen tersebut berasal dari Thailand dan Vienam yang paling banyak terlibat dalam aktivitas conversational commerce, dengan figur angka 40% dan 36%. Negara-negara lain di Asia Tenggara yang juga menempati persentasetinggi yakni Indonesia (29%), Malaysia (26%), dan Flipina (23%).

E-commerce tradisional berada dalam posisi terlewati, 45% pembelanja menyatakan bahwa mereka melakukan transaksi pembelian pertama karea adanya conversational commerce. Sedagkan, figur angka tersebut hanya 27% di Ameria Serikat. Lebih lanjur, 72% konsumen di Asia Tenggara sadar dengan conversational commerce saat hanya 49% pembelanja di negara-negara lain yang sudah mendengar istilah tersebut.

Demografis Primer dan Platfrom

Percakapan konsumen berasal dari berbagai kelompok umum yang beragam, namun kebanyakan konsumen adalah peremuan separuh baya tinggal di daerah perkotaan yang bekerja sebagai ibu rumah tangga denga status ekonomi menengah atas sebagaimana yang tercatat dalam penelitian tersebut. Sebagai peran pengurus dalam keluarga, wanita memiliki permintaan belanja yang tinggi dan daya beli yang kuat dalam rumah tangga.

Karena sebagian besar dari kelompok ini adalah ibu rumah tangga, sehingga mereka banyak waktu memiliki waktu uang untuk terlibat dalam conver. Kategori produk yang paling memanfaatkan  Conversational commerce adalah pakaian (67%), kemudian pengiriman makanan (36%), dan sepatu (32%).

Platform yang palung popular untuk conversational commerce di Asia Tenggara adalah facebook. 9 dan 10 responden dari Indonesia mengatakan bahwa mereka menggunakan aplikasi jejaring sosial facebook untuk membeli barang. Pada umumnya, media jejaring sosial dan situs portal E-commerce keduanya merupakan terkemuka platform dengan 47% dan 44% pada gilirannya, ketika website brand hanya berkontribusi sebanyak 9 persen. Metode pembayaran yang paling banyak digunakan bagi pembelanja online ada cash on delivery (pembayaran ditempat) dan transfer bank, kecuali Malaysia hanya berlaku pembayaran kartu kredit dan bank transfer.

Personal Touch

Hasil penelitian tersebut juga mengungkapkan mengapa conversational commerce berhasil di Asia Tenggara? 57% responden merespon bahwa mereka dapat berdikusi tentang informasi produk, sementara 35% lain negoisasi harga, dan 34% ingin membangun kepercayaan melalui diskusi online.

Dari figur ini, kami dapat menarik kesimpulan bahwa kebanyakan pembeli di Asia Tenggara tidak sepenuh mengandalkan belanja online, tetapi mereka kembali berdikusi di forum online guna mendapatkan informasi lebih banyak mengenai produk dan mengkonfirmasi penilaian mereka. Metode ini telah menjadi alat yang efektif guna menambah kepercayaan dari konsumen mereka juga, dari memastikan harga transparan (50%), menjawab pertanyaan (48%) hingga pengiriman tepat waktu (48%).

Lebih dari setengah pembeli (60%) merasa nyaman menggunakan chatbots untuk mendapatkan informasi detail produk dan status pengiriman. Namun, untuk hal-hal yang lebih kompleks seperti kesesuaian produk, negosiasi harga, dan penanganan keluhan, pelanggan lebih suka berkomunikasi langsung dengan pihak penjual produk .

–>> Lihat Juga: Bagaimana Dengan Online Shop Di Asia?

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_btn title=”Ekspor Solusi Kami” style=”3d” shape=”square” color=”orange” link=”url:https%3A%2F%2Fboxme.asia%2Fen%2Fcontact%2F|title:https%3A%2F%2Fboxme.asia%2Fen%2Fcontact%2F||”][/vc_column][/vc_row]

Don't forget to share this post!

Share on:

Share on facebook
Facebook
Share on linkedin
LinkedIn
Share on twitter
Twitter
Share on telegram
Telegram

Share on:

Share on facebook
Share on linkedin
Share on twitter
Share on telegram

Subscribe to Our Blog

Stay up to date with the latest marketing, sales, and service tips and news on eCommerce in Southeast Asia market.

We’re committed to your privacy. Boxme uses the information you provide to us to contact you about our relevant content, products, and services. You may unsubscribe from these communications at any time. For more information, check out our privacy policy.

Expand your Business to Southeast Asia​